KIPRAH REMAJA
MASJID DALAM MEWUJUDKAAN
MASYARAKAT
MARHAMAH
OLEH: H. MUH. LUTFI THARODLI,
S.Sos.I.M.Pd.I.
(Penyuluh Agama Islam Kementerian
Agama NTB)
Remaja masjid
adalah makhluk yang sangat menarik untuk dikaji dan dicermati dari segala sisi,
lebih-lebih membahas mengenai kiprah remaja masjid dalam mewujudkan masyarakat
marhamah. Remaja masjid sangat dinanti dan dirindui kehadirannya. Mengapa
mereka dirindui dan dinantikan?? Karena mereka adalah makhluk langka yang
sangat sulit ditemui keberadaannya di masjid. Lebel remaja masjid yang mereka
sandang tidak memberi arti apa-apa tatkala mayoritas remaja masjid telah
menjauhi aktivitas masjid. Remaja masjid yang telah beralih status menjadi remaja PHBI
karena mayoritas mereka tampak beraktivitas di masjid hanya pada saat
peringatan hari besar Islam. Pada aktifitas rutin seperti salat lima waktu atau
kegiatan berupa ta’lim yang tampak di masjid adalah kebanyakan ABG alias
angkatan babe gue.
Ke mana mereka
yang dikatakan remaja masjid? Apakah mereka disembunyikan gemerlapnya dunia?
Dibuai televisi, sibuk dengan bisnis online di FB atau entah apa lagi yang
menyebabkan mereka tidak pede bersahabat dengan masjid. Masjid sangat
merindukan mereka, masjid butuh sentuhan pemikiran mereka, masjid sangat mengharapkan
mereka manjadi anak-anak masjid yang selalu merindukan masjid sebagai induk
aktivitas mereka. Maka kampanye untuk mengembalikan remaja sebagai anak-anak
masjid harus selalu didengungkan oleh mereka yang peduli akan keberlangsungan
peranan remaja masjid.
Remaja masjid
adalah komunitas yang sangat strategis dan memiliki peranan signifikan di dalam
mewarnai indahnya suasana masjid. Keindahan dan megahnya sebuah masjid akan
hampa jika para remajanya menjauhi masjid. Ruh masjid akan sirna jika remaja
masjid tidak peduli dengan masjid. Bukankah para remaja dan pemuda tangguh
banyak terlahir dari didikan masjid?
Apabila para
remaja jauh dari masjid, maka berdampak pada rusaknya moralitas masyarakat. Jika
para remaja memiliki moral rusak maka dengan sendirinya masyarakat akan terkena
imbasnya. Rusaknya moral remaja akan menjadi penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi kelangsungan generasi. Penyakit moral masyarakat akan mewabah,
tiada keberkahan dan fitnah merajalela. Hal tersebut akan terjadi jika para
remaja telah merasa tidak mencintai masjid, jauh dari masjid bahkan bermusuhan
dengan masjid.
Memang diakui
bahwa pembangunan masjid sangat semarak tetapi pembangunan yang tidak disertai
dengan pembinaan remaja hanya akan menyebabkan masjid kosong dari jamaah.
Masjid akan menjadi sebuah pajangan yang tidak menarik untuk didatangi karena
para remaja yang memiliki kreatifitas untuk memakmurkan masjid malah menjauh
dari masjid.
Hiasan masjid
adalah salat berjamaah, hidupnya ta’lim, semaraknya TPQ dan aktifnya
kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid. Maka masjid akan jauh dari hiasannya
jika mayoritas para remaja tidak peduli dengan masjid. Kunci makmurnya masjid hakikatnya
ada pada remaja yang mau berfastabiqul
khairat mengangkat kemuliaan masjid.
Kiprah remaja
masjid sangat diharapkan untuk memakmurkan masjid. Ide kreatif mereka akan
memberikan angin segar untuk kebangkitan mujahadah umat. Semaraknya ta’lim,
suburnya TPQ, dan makmurnya aktifitas keagamaan di masjid biasanya berawal dari
para remaja yang memiliki ikatan yang kuat dengan masjid. Dari masjid
diharapkan muncul para remaja yang memiliki ide dan semangat mujahid sehingga
bisa merubah karakter tradisi masyarakat yang negatif.
Dari hasil
pengamatan penulis bahwa tidak makmurnya masjid dan rusaknya moral masyarakat
pada sebuah kampung diakibatkan karena kebanyakan remajanya menjauhi masjid.
Para remajanya sibuk dengan aktivitas pribadi, sibuk dengan status jomblo atau
tidak jomblo sehingga tidak pernah terpikir di benaknya untuk menjadi agen
perubahan yang baik bagi masyarakat dengan memakmurkan masjid.
Para remaja yang
telah terikat dengan rutinitas masjid maka akan menjadi remaja yang berperan
aktif memberikan yang terbaik untuk umat. Para remaja yang mendapat didikan
masjid, mereka akan memiliki jiwa pemersatu (muwahid), pejuang (mujahid), tegas
(musyaddid), berakhlaq mulia (mu’addib) dan pemelihara iman (mujaddid).
Remaja masjid yang
selama ini mati suri harus dibangunkan untuk kembali berkiprah memakmurkan
masjid. Mereka membutuhkan suntikan injeksi pembangkit kesadaran bahwa mereka
terlahir untuk memakmurkan masjid. Maka peranan pemerintah, tokoh masyarakat,
dan organisasi yang terfokus menangani remaja masjid semisal BKPRMI mesti
menyingsingkan lengan baju membangkitkan mujahadah remaja masjid untuk mau
kembali ke masjid.
Apabila remaja
masjid telah tersadarkan dari tidur panjang mereka dan mau kembali ke masjid
maka dengan sendirinya masjid akan menjadi makmur. Jika masjid makmur maka
masyarakat marhamah sebagai tujuan pasti akan bisa terwujud. Wallahu A’lam
bissawab.
0 komentar:
Posting Komentar