Jumat, 26 Desember 2014

Filled Under:

KIPRAH REMAJA MASJID

KIPRAH REMAJA MASJID DALAM MEWUJUDKAAN
MASYARAKAT MARHAMAH
OLEH: H. MUH. LUTFI THARODLI, S.Sos.I.M.Pd.I.
(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama NTB)

            Remaja masjid adalah makhluk yang sangat menarik untuk dikaji dan dicermati dari segala sisi, lebih-lebih membahas mengenai kiprah remaja masjid dalam mewujudkan masyarakat marhamah. Remaja masjid sangat dinanti dan dirindui kehadirannya. Mengapa mereka dirindui dan dinantikan?? Karena mereka adalah makhluk langka yang sangat sulit ditemui keberadaannya di masjid. Lebel remaja masjid yang mereka sandang tidak memberi arti apa-apa tatkala mayoritas remaja masjid telah menjauhi aktivitas masjid. Remaja masjid yang  telah beralih status menjadi remaja PHBI karena mayoritas mereka tampak beraktivitas di masjid hanya pada saat peringatan hari besar Islam. Pada aktifitas rutin seperti salat lima waktu atau kegiatan berupa ta’lim yang tampak di masjid adalah kebanyakan ABG alias angkatan babe gue.
            Ke mana mereka yang dikatakan remaja masjid? Apakah mereka disembunyikan gemerlapnya dunia? Dibuai televisi, sibuk dengan bisnis online di FB atau entah apa lagi yang menyebabkan mereka tidak pede bersahabat dengan masjid. Masjid sangat merindukan mereka, masjid butuh sentuhan pemikiran mereka, masjid sangat mengharapkan mereka manjadi anak-anak masjid yang selalu merindukan masjid sebagai induk aktivitas mereka. Maka kampanye untuk mengembalikan remaja sebagai anak-anak masjid harus selalu didengungkan oleh mereka yang peduli akan keberlangsungan peranan remaja masjid.
            Remaja masjid adalah komunitas yang sangat strategis dan memiliki peranan signifikan di dalam mewarnai indahnya suasana masjid. Keindahan dan megahnya sebuah masjid akan hampa jika para remajanya menjauhi masjid. Ruh masjid akan sirna jika remaja masjid tidak peduli dengan masjid. Bukankah para remaja dan pemuda tangguh banyak terlahir dari didikan masjid?
            Apabila para remaja jauh dari masjid, maka berdampak pada rusaknya moralitas masyarakat. Jika para remaja memiliki moral rusak maka dengan sendirinya masyarakat akan terkena imbasnya. Rusaknya moral remaja akan menjadi penyakit menular yang sangat berbahaya bagi kelangsungan generasi. Penyakit moral masyarakat akan mewabah, tiada keberkahan dan fitnah merajalela. Hal tersebut akan terjadi jika para remaja telah merasa tidak mencintai masjid, jauh dari masjid bahkan bermusuhan dengan masjid.
            Memang diakui bahwa pembangunan masjid sangat semarak tetapi pembangunan yang tidak disertai dengan pembinaan remaja hanya akan menyebabkan masjid kosong dari jamaah. Masjid akan menjadi sebuah pajangan yang tidak menarik untuk didatangi karena para remaja yang memiliki kreatifitas untuk memakmurkan masjid malah menjauh dari masjid.
            Hiasan masjid adalah salat berjamaah, hidupnya ta’lim, semaraknya TPQ dan aktifnya kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid. Maka masjid akan jauh dari hiasannya jika mayoritas para remaja tidak peduli dengan masjid. Kunci makmurnya masjid hakikatnya ada pada remaja  yang mau berfastabiqul khairat mengangkat kemuliaan masjid.            
            Kiprah remaja masjid sangat diharapkan untuk memakmurkan masjid. Ide kreatif mereka akan memberikan angin segar untuk kebangkitan mujahadah umat. Semaraknya ta’lim, suburnya TPQ, dan makmurnya aktifitas keagamaan di masjid biasanya berawal dari para remaja yang memiliki ikatan yang kuat dengan masjid. Dari masjid diharapkan muncul para remaja yang memiliki ide dan semangat mujahid sehingga bisa merubah karakter tradisi masyarakat yang negatif.
            Dari hasil pengamatan penulis bahwa tidak makmurnya masjid dan rusaknya moral masyarakat pada sebuah kampung diakibatkan karena kebanyakan remajanya menjauhi masjid. Para remajanya sibuk dengan aktivitas pribadi, sibuk dengan status jomblo atau tidak jomblo sehingga tidak pernah terpikir di benaknya untuk menjadi agen perubahan yang baik bagi masyarakat dengan memakmurkan masjid.
            Para remaja yang telah terikat dengan rutinitas masjid maka akan menjadi remaja yang berperan aktif memberikan yang terbaik untuk umat. Para remaja yang mendapat didikan masjid, mereka akan memiliki jiwa pemersatu (muwahid), pejuang (mujahid), tegas (musyaddid), berakhlaq mulia (mu’addib) dan pemelihara iman (mujaddid).
            Remaja masjid yang selama ini mati suri harus dibangunkan untuk kembali berkiprah memakmurkan masjid. Mereka membutuhkan suntikan injeksi pembangkit kesadaran bahwa mereka terlahir untuk memakmurkan masjid. Maka peranan pemerintah, tokoh masyarakat, dan organisasi yang terfokus menangani remaja masjid semisal BKPRMI mesti menyingsingkan lengan baju membangkitkan mujahadah remaja masjid untuk mau kembali ke masjid.
            Apabila remaja masjid telah tersadarkan dari tidur panjang mereka dan mau kembali ke masjid maka dengan sendirinya masjid akan menjadi makmur. Jika masjid makmur maka masyarakat marhamah sebagai tujuan pasti akan bisa terwujud. Wallahu A’lam bissawab.
           
           
           



0 komentar:

Posting Komentar

Periode @ 2014 - 2018 | LPPTKA BKPRMI NTB.

Design by: Team IT | No HP: 081917228418 |