Minggu, 28 Desember 2014

Standarisasi Kurikulum TK Al-Qur'an

  1. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Lulusan TK Al-Qur’an, memiliki kemampuan dasar:
  1. Membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid dengan benar dan baik.
  2. Menghafal Surah pendek, minimal 12 surah
  3. Menghafal doa-doa harian dan mengerti etika (adab)nya, minimal 15 doa
  4. Menghafal bacaan sholat
  5. Melakukan praktek berwudhu dan shalat
  6. Menulis huruf hijaiyah
  7. Memiliki dasar-dasar aqidah-akhlak
  8. Mengerti dasar-dasar ulumul Qur’an
  1. STANDAR ISI KURIKULUM
Standar kompetensi lulusan sebagaimana tersebut di atas akan dicapai dalam masa 2 tingkat yang terbagi dua paket, A dan B dengan masing-masing dua semester. Seminggu masuk 5-6 hari, tiap masuk berlangsung selama 4 jam pelajaran @ 30 menit.
  1. Materi Paket A
  2. Pembelajaran membaca Al-Qur’an, dengan menggunakan buku yang dipandang praktis, efektif dan menyenangkan.
  3. Hafalan 12  surah-surah pendek, QS.An-Nas sampai dengan Al-Ashr
  4. Hafalan doa dan etika (adab) sehari-hari, yang terdiri dari:
  5. Etika dan doa untuk kedua orang tua
  6. Etika dan doa belajar
  7. Etika dan doa sebelum dan sesudah makan
  8. Etika dan doa masuk dan keluar wc
  9. Doa kebaikan dunia-akherat
  10. Etika dan doa awal dan akhir majlis (pertemuan)
  11. Etika dan doa masuk dan keluar rumah
  12. Doa memohon rohmat Allah
  13. Etika dan doa membaca Al-Qur’an
  14. Etika dan doa akan dan bangun tidur
  15. Hafalan bacaan sholat (cukup dipilih satu macam bacaan saja)
  16. Praktek wudlu dan sholat fardlu dengan berjamaah
  17. Tahsimul kitabah (menulis dan mewarnai huruf hijaiyah dan angka arab)
  18. Aqidah akhlaq yang dikemas dalam bentuk BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi) yang meliputi:
  19. Makna syahadatain
  20. Bukti keesaan dan kebesaran Allah
  21. 10 nama malaikat dengan tugas-tugasnya
  22. 25 nama Rosulullah
  23. 4 kitab Allah yang wajib diimani
  24. Hari akhir dengan rangkaiannya
  25. Takdir Allah
  26. Rukun Islam yang lima
  1. Materi Paket B (TK Al-Qur’an Lanjutan)
  2. Tadarus Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid, mulai dari juz 1,2,3,…dst.
  3. Ilmu tajwid, yang meliputi :
  4. Mukharijul huruf
  5. Hukum bacaan tanwin dan nun sukun
  6. Macam-macam idghom (mutamatsilain, mutaqoribain dan mutajanisain)
  7. Bacaan qolqolah
  8. Hukum dan macam-macam mad
  9. Hafalan surah-surah pendek
  10. Memperlancar 12 surah pendek yang ada pada Paket A
  11. Bila telah lancar, dilanjutkan menghafal QS. At-Takatsur sampai dengan Ad-Dhuha
  12. Aqidah-akhlaq yang dikemas dalam bentuk BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi)
  13. Pendalaman materi-materi pada Paket A
  14. Akhlaq terhadap orang tua
  15. Akhlaq berpakaian
  16. Akhlaq di dalam masjid
  17. Akhlaq dalam pergaulan
  18. Akhlaq ketika hujan dan ada petir
  19. Dasar-dasar ulumul Qur’an, meliputi:
  20. Pengertian Al-Qur’an
  21. Fungsi Al-Qur’an bagi manusia
  22. Pembagian Al-Qur’an menjadi juz, surah dan ayat
  23. Nama-nama surah dalam Al-Qur’an
  24. Hafalan doa dan etika sehari-hari :
  25. Pendalaman materi-materi pada Paket A
  26. Etika dan doa bercermin dan berpakaian
  27. Etika dan doa mendengar adzan
  28. Doa iqomah
  29. Etika dan doa masuk dan keluar masjid
  30. Etika dan doa ketika bersin
  31. Etika dan doa naik kendaraan
  32. Tahsimul kitabah (menulis ayat-ayat Al-Qur’an)
  1. STRUKTUR KURIKULUM
  1. Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan
Taman Pendidikan al-Qur’an bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.
  1. Kompetensi Tingkat Satuan Pelajaran
Untuk mencapai Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan di atas telah dirumuskan mater-materi yang tertuang dalam Standar Isi Kurikulum yang bisa dikelompokkan dalam Satuan Pelajaran sebagai berikut:
  1. Qiro’ah (baca Al-Qur’an)
  2. Tahfidz
  3. Pengenalan aqidah
  4. Penerapan ibadah
  5. Penerapan akhlaq
Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SKKMP) dikembangkan tujuan dan cakupan muatan dan/atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yakni:
  1. Kelompok Mata Pelajaran Qiro’ah bertujuan: membentuk santri menjadi pribadi yang mencintai Al-Qur’an, mampu dan gemar membaca Al-Qur’an dan berusaha memahaminya. Tujuan tersebut dicapi melalui muatan dan/atau kegiatan belajar membaca Al-Qur’an dan tadarus.
  2. Kelompok Mata Pelajaran Tahfidz bertujuan: agar santri mampu menguasai doa-doa harian, surah-surah pendek, kelompok ayat pilihan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan menghafal doa-doa harian, surah-surah pendek, kelompok ayat pilihan.
  3. Kelompok Mata Pelajaran Pengenalan Aqidah bertujuan: agar santri mempunyai dasar-dasar keimanan yang kuat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan Bermain Cerita Menyanyi dengan muatan materi aqidah
  4. Kelompok Mata Pelajaran Penerapan Ibadah bertujuan: agar santri mampu mengerjakan wudlu dan sholat lima waktu dengan tata cara yang benar. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan kegiatan praktek ibadah.
  5. Kelompok Mata Pelajaran Penerapan Akhlaq bertujuan: membentuk santri menjadi pribadi yang berakhlaqul karimah. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan Bermain Cerita Menyanyi dengan muatan materi aqidah.
  1. Sebaran Isi dan Bobot Pelajaran
Standar Isi Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dalam penerapannya ada beberapa mata pelajaran yang digabung, sehingga Struktur Kurikulum yang setiap minggunya masuk 5 hari, sebagai berikut:
No JENJANG PAKET A PAKET B JUMLAH
Mata pelajaran SMT I SMT II SMT I SMT II
1. Pelajaran Membaca Al-Qur’an dan menulis 5 5 - - 10
2. Tadarus Al-Qur’an, kajian ilmu tajwid dan menulis - - 5 5 10
3. Hafalan surah-surah pendek dan doa-doa harian 3 3 3 3 12
4. Praktek wudlu dan sholat berjamaah 5 5 5 5 20
5. Tahsimul Kitabah 2 2 2 2 8
6. Aqidah-akhlaq 3 3 3 3 12
7. Dasar-dasar ulumul Qur’an 2 2 2 2 8
Jumlah 20 20 20 20 80
catatan :
  1. Struktur ini bila santri masuk 5 kali dalam seminggu, tiap hari masuk 120 menit.
  2. Tiap jam pelajaran 30 menit. Jadi tiap hari terdapat 4 jam pelajaran (20 jam pelajaran tiap satu minggu).
  3. Bagi unit yang satu masuk kurang atau lebih dari 5 hari setiap minggunya, bisa menyesuaikan.
  1. Standar Penilaian
  2. Santri yang telah menyelesaikan satu jenjang Paket, berhak naik ke jenjang Paket berikutnya.
  3. Evaluasi kenaikan jenjang dipercayakan kepada masing-masing unit
  4. Untuk menjaga kualitas lulusan TK AL-QUR’AN, dan syi’ar dakwah al-Qur’an perlu diselenggarakan wisuda santri TK AL-QUR’AN
  5. Upacara wisuda diikuti oleh santri yang telah menyelesaikan jenjang paket B
  6. Standar minimal Wisuda TK AL-QUR’AN adalah santri yang telah mencapai standar kompetensi kelulusan sebagaimana tersebut di atas dan lulus munaqasah.
  7. Munaqasah diselenggarakan oleh Tim Munaqasah yang dibentuk dan mendapatkan SK dari Dirwil. LPPTKA/BKPRMI/BADKO TKA/TPA Tk. Propinsi.
  8. Semua santri yang telah dinyatakan lulus munaqasah berhak mendapatkan sertifikat/ijazah dari Dirwil. LPPTKA/BKPRMI/BADKO TKA/TPA Tk. Propinsi.
  9. Sertifikat/Ijazah memuat nilai angka yang dinyatakan dalam:
  10. 80-100       = A
  11. 66-79,9      = B
  12. 56-65,9      = C
  13. 46-55,9      = D
  14. < 45,9        = E

MENGELOLA TPA DENGAN BAIK

Apa itu TPA ?
TPA adalah sebuah tempat yang nyaman bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua untuk belajar Al-Qur’an.
Prinsip pembelajaran Al-Qur’an di TPA :
  1. Mudah (Metode Iqro yang cepat)
  2. Murah (Tidak ditarik Biaya yang mahal atau sukarela)
  3. Menyenangkan (Penuh dengan permainan maupun tempat yang nyaman)
  4. Menghasilkan (target yang jelas)
  5. Memuaskan (hasilnya yang berkualitas dapat dirasakan)
Pengurus :
  1. Pengurus Harian/Eksekutif : Direktur, Wakil Direktur, Bagian Tata Usaha, Bagian Bendahara, Bagian, Kesantrian, Bagian Keustadzan, Bagian Umum.
  2. Pengurus Yayasan atau lembaga yang menaungi TPA (Takmir, PKK, Muhammadiyah, NU, DLL)
  3. Pengurus Perkumpulan Wali Santri
  4. Dewan Penyantun/Donatur/Simpatisan
Kegiatan yang harus dilakukan di TPA :
  1. Melengkapi Sarana Prasarana
  2. Perencanaan Kegiatan
  3. Pembelajaran Al-Qur’an dan segala penunjangnya.
  4. Evaluasi Pembelajaran (Rapor, Wisuda, Ijazah, Festival, Perlombaan, DLL)
  5. Peningkatan Kualitas Pengelola
  6. Peningkatan Kualitas Ustadz
  7. Administrasi dan Dokumentasi
Jenis-jenis Pelatihan untuk Ustadz TPA :
  1. Metodologi Iqro.
  2. Manajemen TKA-TPA-TQA
  3. Manajemen Kelas
  4. Pengajaran Tajwid kepada Anak-anak.
  5. Metodologi Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM)
  6. Murottal
  7. Iqro Klasikal
  8. Bahasa Arab
  9. Psikologi Anak
  10. Problem Solving
  11. DLL
Selamat dan sukses semoga Allah senantiasa membimbing dan memberi kekuatan kepada kita semua, Amin.

Apa yang Menghalangi Kita untuk Menyayangi Anak-Anak TPA?

Bismillah, ini mungkin  adalah catatan pertama saya di fb. Catatan ini saya rasa penting bagi ikhwan-ikhwan takmir khususnya dan non takmir umumnya dalam rangka saling tanashuhdi antara kita. Terlebih bagi ikhwan yang sudah mulai jenuh dengan profesinya sebagai takmir. Semoga ini dapat memberi kebaikan bagi kita semua.Kita tahu ya ikhwan, menjadi takmir memang bukan pekerjaan mudah. Selain kita adalah orang asing, tentunya kita juga membawa dakwah salaf. Itulah yang membuat kita terkadang salah tingkah dan selektif dalam bergaul dengan masyarakat. Terkadang ada masyarakat ada yang mengajak kita untuk ikut acara-acara yang tidak sejalan dengan prinsip kita sebagai salafi, sehingga disinilah kita diuji untuk menolak dengan halus dengan tetap memohon petunjuk bagi mereka. Itu hanya salah satu bumbu dari banyak bumbu penyedap rasa dalam ketakmiran kita. Akan tetapi ada sebuah mutiara berharga yang terpendam yang perlu kita poles dan kita bersihkan. Mereka adalah anak-anak TPA.
Tentu saat kita awal pertama kali mengajar mereka, rasa jengkel dan kesal kadang muncul dalam diri kita. Apalagi kalau bukan kenakalan mereka. Itulah yang saya rasakan tatkala pertama kali mengajar mereka. Lari-lari, menendang-nendang, bikin keributan menghiasi hari-hari TPA. Tapi ya ikhwan, lambat laun rasa kesal itu perlahan berubah menjadi rasa cinta dan sayang terhadap mereka.
Suatu ketika, tatkala saya mengajar menerangkan tentang tidak bolehnya pacaran -materi ini harus disampaikan ya ikhwan karena banyak anak kecil sekarang sudah dewasa sebelum waktunya-, nonton sinetron dewasa, dan lain-lain (termasuk fesbukan), saya menanyai satu per satu santri saya tentang pacaran untuk mengetahui seberapa jauh mereka memahami tentang pacaran, dan subhanallah dari jawaban mereka banyak yang sudah bisa dianggap dewasa. Tapi, tiba-tiba seorang anak perempuan berkata -kurang lebih-
“Mas, saya sudah janji sama ibu saya kalau saya tidak akan pernah pacaran”.
Dada saya berdegup mendengar jawaban itu. Jawaban itu bukan lagi jawaban anak-anak atau orang dewasa, tapi sebuah jawaban yang mengandung prinsip dia menapaki kehidupan. Alhamdulillah.
Pada hari lainnya, ketika pelajaran belum mulai dan anak-anak masih bergerombol di tangga, kebetulan mereka sedang bercerita satu dengan lainnya. Mereka bercerita tentang sekolah mereka.
Sampai di tengah pembicaraan, ada pertanyaan, “Kenapa kamu nggak sekolah di SDIT “X”(saya lupa namanya)?” Anak itu menjawab “Nggak mau ah, itu kan sekolahnya orang PKS”
Dada saya berdegup lagi. Masya Allah, sekecil itu sudah mendapat kebaikan yang banyak, bandingkan dengan kita dulu kecil ya ikhwan! Di antara kita ada yang masih suka usil mencuri mangga tetangga, ngaji pun asal-asalan. Alih-alih berjanji pada orang tua kalau tidak mau pacaran, mereka malah sering kita buat kesal atas kenakalan kita.
Peristiwa lainnya terjadi belum lama. Suatu ketika, saya membuat permainan untuk membuat anak-anak tidak bosan. Saya bingung hendak main apa yang belum pernah mereka rasakan. Tiba-tiba saya ingat suatu permainan waktu kecil dimana guru saya menggambar ikan besar di papan tulis tanpa mata. Lalu satu persatu murid maju dengan ditutup mata sembari membawa spidol untuk membuat titik mata di ikan tersebut pada posisi yang tepat. Permainan itu saya coba.
Tiba-tiba anak-anak yang perempuan kompak berteriak “Mas, kok nggambar yang ada matanya sih? Kan nggak boleh. nanti di akhirat disuruh hidupin lo”.
Antum tahu perasaan saya waktu itu? Malu!! Malu sekali ya ikhwan! Ingin rasanya nangis. Anak-anak sekecil itu -meskipun saya tahu buku mereka gambar makhluk hidupnya juga banyak- sudah tahu kalau menggambar seperti itu sudah termasuk dosa besar. Masya Allah, mereka sudah tahu banyak kebaikan. Itu hanya sekelumit cerita ya ikhwan.
Saya tidak akan sekaget itu kalau yang saya ajar anak-anak pondok salafi. Tapi ini anak-anak masyarakat awwam. Mereka pagi juga sekolah SD, sore kalau nggak ada TPA juga bermain seperti anak -anak seusia mereka. Kadang juga mereka nakal dan sering bertengkar. Orang tua mereka juga orang tua awwam, ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang, dan lain-lain.
Itu yang membuat saya kagum. Bandingkan kita waktu kecil, saya saja mulai menghafal surat-surat pendek pada pertengahan SMP. Sedangkan ada santri saya masih kelas 4 SD sudah hafal surat Al Lail -meskipun masih terkadang lupa-. Adakah waktu kecil kita berbuka puasa dengan doa Dzahabazh zhama’u…dst?
Mereka sudah hafal di luar kepala ya ikhwan. Adakah waktu kecil kalau kita sudah selesai ngaji membaca doa kafaratul majlis? Santri-santri saya sudah hafal luar kepala.
Inilah mungkin barakah dakwah takmir-takmir pendahulu kita, yang mendidik mereka dengan rasa sabar dan kasih sayang. Mengenalkan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan semaksimal mereka. Kita hanya meneruskan langkah mereka. Anak-anak sudah terpoles dengan cantik, tugas kita adalah mempercantik keindahan yang ada pada mereka. Mungkin akan lebih susah kalau anak-anak belum kenal sama sekali dengan ajaran Nabi yang benar. Jangan sampai anak-anak yang sudah berhasrat cantik justru kita lemparkan ke comberan karena ‘galaknya’ kita, kasarnya kita, atau lainnya.
Beberapa anak juga kadang mengeluh kepada saya karena saya terkadang galak, tidak pernah senyum, nagih janji yang tidak saya penuhi. Poin terakhir ini sering saya lakukan. Anak-anak sering meminta sesuatu sama saya lalu dengan asal saya bilang ‘Ya’ karena sedang sibuk atau selainnya,dan itu berulang-ulang.
Ternyata hal itu menjadi kebencian tersendiri anak-anak pada saya. Benarlah sabda nabi kalau kedustaan pada anak kecil meskipun niatnya hanya main-main atau bercanda tetap dicatat sebagai satu kedustaan.
Intinya, saya hanya mengingatkan -meskipun kapasitas saya tidaklah bisa menyamai ikhwan semua dalam nasehat dan juga yang perlu diingatkan adalah saya sendiri- agar kita bersikap rahmat pada anak-anak, sayang pada mereka.
Mungkin hasil dari didikan kita tidak bisa kita lihat sekarang, mungkin Allah menakdirkan suatu saat di antara mereka ada sosok-sosok pembela sunnah dan penggennggam bara api -insya Allah-.
Janganlah kita galak terhadap mereka meskipun mereka sangat menjengkelkan buat kita. Mari kita berlatih untuk menjadi pengajar TPA yang dicintai oleh anak-anak. Mumpung sebentar lagi Ramadhan, banyak anak berkumpul. Yang tidak pernah kelihatan TPA akan jadi kelihatan, yang sudah kelihatan akan semakin antusias mengikuti ramadhan. Percayalah, nakalnya mereka, ributnya mereka, lucunya mereka, bisa membuat beban pikiran kita agak sedikit berkurang.

Pendidikan Karakter Berbasis Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ)

Bangsa Indonesia masih dihadapkan panda kondisi sulit dalam krisis multidimensional. Tidak hanya kondisi ekonomi yang belum beranjak pulih dari krisis, tetapi juga karakter dan kepribadian bangsa ini semakin mengalami kemunduran. Hal ini terbukti dari banyaknya kasus Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang masih marak dan belum ada trend mengalami penurunan bahkan cenderung bertambah variasinya, misalnya terbongkarnya kasus Mafia Hukum dan Mafia Anggaran. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa sangat buruknya karakter kader-kader bangsa ini yang perlu segera diperbaiki.
DSC00284Generasi muda penerus bangsa semakin tidak mengenal bangsanya sendiri. Nilai kepedulian dan rasa cinta tanah air mulai memudar dari sanubari masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah karena sistem pendidikan yang selama ini berjalan masih kurang tepat dan masih kurang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pendidikan lebih difokuskan pada bidang akademiknya saja, sedangkan yang menyangkut pendidikan moral spiritual belum menjadi fokus perhatian. Hal tersebut sangat kontras dengan kepribadian bangsa Indonesia yang sejatinya merupakan bangsa yang memegang teguh adat ketimuran yang adi luhung yang berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai nilai spiritualisme yang tinggi.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, telah menegaskan kepribadian bangsa Indonesia sebagai bangsa yang religius. Religiusitas merupakan unsur pokok dan dominan dalam membentuk suatu kepribadian manusia, yaitu manusia yang berkarakter yang mengarahkan dirinya pada suatu keadaan untuk lebih mengenal penciptanya. Dengan mengenal Tuhan, maka manusia akan memiliki orientasi hidup yang hakiki, yaitu melaksanakan ketaatan atas ajaran Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya, atau yang kerap kali didefinisikan sebagai ketaqwaan.
Melihat banyaknya krisis moral yang ada saat ini tentu adanya suatu pendidikan religi menjadi salah satu solusi terbaik untuk menyelamatkan karakter generasi penerus bangsa ini. Sebagai bangsa dengan mayoritas penduduk beragama Islam, maka pendidikan keagamaan dan akhlak dapat dimulai sejak usia dini. Pendidikan religi yang anak usia dini dapat dilakukan secara informal melalui keluarga maupun lingkungan sosial masyarakat, salah satu bentuknya adalah melalui Taman Pendidikan Al-Quran (TPA/TPQ).
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) adalah unit pendidikan non-formal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi utamanya, dan diselenggararakan dalam suasana yang Indah, Bersih, Rapi, Nyaman, dan Menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata TAMAN yang dipergunakan. TPA/TPQ bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. (Depag)
Melihat pengertian tersebut, maka peran dan keberadaan TPA/TPQ berkesesuaian dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. (Prof. Dr. Suyanto, Ph. D, 2010)
Kesembilan pilar karakter tersebut dalam terimplementasikan dalam proses kegiatan belajar mengajar (PKBM) di Taman Pendidikan Al’Qur’an (TPA/TPQ). Pendidikan yang dilakukan di TPA/TPQ merupakan pendidikan informal dan lebih dominan berorientasi kepada aspek afektif-implementatif dibandingkan aspek kognitif. Penagajar TPA/TPQ (ustadz/ustadzah) dalam menyampaikan materi (akhlaq, BTAQ, syariah, dan sebagainya) sebisa mungkin dengan penuh pemahaman dan kekeluargaan, jauh berbeda dengan pendidikan formal di sekolah yang hanya menekankan ketuntasan standar nilai tertentu (KKM).
Pendidikan di TPA/TPQ lebih menekankan pada dimensi akhlak meskipun tidak pula menafikan dimensi intelektual. Peserta didik (santri/santriwati) TPA/TPQ akan mendapatkan pendampingan yang lebih intensif dibandingkan pendidikan formal di sekolah. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa nyaman dalam belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami, lebih jauh lagi agar lebih mudah diimplementasikan dalam kehidupan keseharian. Sistem pembelajaran ini pun telah diadopsi di sekolah-sekolah Islam terpadu yang mulai banyak berdiri dan berkembang di tahun 2002an.
Melihat potensi kuantitas TPA/TPQ yang jumlahnya hampir 100.000an si seluruh wilayah Indonesia, cukuplah memegang peran sentral apabila mampu dioptimalkan sebagai basis pendidikan karakter bangsa, terutama untuk pendidikan anak usia dini (PAUD). Dengan revitalisasi, rekonstruksi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), TPA/TPQ akan mampu memberikan sumbangsihnya demi perbaikan karakter generasi masa depan bangsa menuju yang lebih baik. Tidak ada yang tidak mungkin untuk sebuah ikhtiar suci.

PENGEMBANGAN TPA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN AGAMA

A. Konsep dan latar belakang pengembangan TPA.
TepeaPendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat. ( UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS )
Masyarakat melahirkan beberapa lembaga pendidikan nonformal sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan . Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggungjawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.
Adanya tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan, maka masyarakat akan menyelanggarakan kegiatan pendidikan yang dikategorikan sebagai lembaga pendidikan nonformal. Sebagai lembaga pendidikan non formal, masyarakat menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Meskipun demikian, lembaga-lembaga tersebut juga memerlukan pengelolaan yang profesional dalam suatu organisasi dengan manajemen yang baik.
Menurut an-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu: pertama, menyadari bahwa Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran (Qs. Ali Imran/3: 104); kedua, dalam masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga di antara saling perhatian dalam mendidik anak-anak yang ada di lingkungan mereka sebagaimana mereka mendidik anak sendiri; ketiga, jika ada orang yang berbuat jahat, maka masyarakat turut menghadapinya dengan menegakkan hukum yang berlaku, termasuk adanya ancaman, hukuman, dan kekerasan lain dengan cara yang terdidik; keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikoitan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Nabi; dan kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu.
Berpijak dari tanggung jawab tersebut, maka lahirlah berbagai bentuk pendidikan kemasyarakatan, seperti masjid, surau, TPA, wirid remaja, kursus-kursus keislaman, pembinaan rohani, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memberikan kontribusi dalam pendidikan yang ada di sekitarnya.
TPA Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) merupakan sebuah lembaga pendidikan luar sekolah yang menitikberatkan pengajaran pada pembelajaran membaca Al Qur’an dengan muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan akhlak dan kepribadian islamiah.
B. Manfaat TPA di masyarakat.
1. Menciptakan generasi islam yang taat beribadah dan berakhlak mulia.
2. Memakmurkan masjid.
3. Menanankan nilai- nilai budi pekerti yang baik dengan meneladani Rasulullah dan para sahabatnya.
4. Membentuk masyarakat yang Qurani.
5. Menanamkan nilai moral dan budi pekerti pada generasi muda.
6. Memperdalam pengetahuan keagamaan di masyarakat.
7. Membantu pemerintah dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat.
C. Langkah- langkah Pengembangan Taman pendididkan Al’Quran ( TPA ) sebagai Pendidikan Berbasis Keagamaan
1. Menetapkan tujuan dan fungsi.
a. Tujuan
Secara umum tujuan Tempat Pendidikan Al Qur’an adalah untuk menciptakan generasi muda yang beriman , berakhlak mulia, cerdas dan mandiri.
Secara khusus tujuan Tempat Pendidikan Al Qur’an adalah untuk mengembangkan potensi yang berkaitan dengan:
1. Memberikan wadah pendidikan yang berbasis Islam, khususnya pendidikan Al Qur’an untuk warga setempat.
2. Berusaha untuk meningkatkan dan memberikan pendidikan kepada masyarakat umum untuk dapat memperoleh pendidikan agama yang layak.
3. Mengajarkan cara membaca Al Qur’an yang benar sesuai dengan tajwid kepada para santri.
4. Diharapkan santri dapat menghafal dan mengamalkan sejumlah ayat-ayat pilihan, surat- surat pendek dan do’a harian.
5. Para santri diajarkan gerakan- gerakan wudhu serta sholat, sehingga anak- anak dapat melaksanakan wudhu dan sholat dengan baik dan benar.
6. Menanankan nilai- nilai budi pekerti yang baik dengan meneladani Rasulullah dan para sahabatnya.
b. Fungsi
Sedangkan fungsi dari TPA antara lain:
1. Mengembangkan seluruh potensi anak sejak usia dini dalam rangka mewujudkan pendidikan anak seutuhnya sehingga nantinya terbangun generasi ideal masa depan yang beriman, berakhlak mulia, cerdas dan mandiri.
2. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta mengembangkan life skills.
2. Menetapkan sasaran.
Sasaran dari pengembangan TPA adalah anak – anak usia dini sampai remaja di lingkungan masyarakat sekitar, umumnya usia 4 – 15 tahun.
3. Menetapkan kriteteria kegiatan.
a Kegiatan yang bersifat edukatif.
b Kegiatan dengan penekanan pada pengetahuan agama (baca tulis Al Qur’an, Keimanan, Akhlak, dan lain-lain).
c Kegiatan pengembangan potensi anak.
4. Membuat proposal kegiatan.
a. Tahap Perencanaan
1) Menampung aspirasi warga sekitar secara lisan.
2) Mempersiapkan jadwal tahapan pendirian TPA.
3) Melakukan komunikasi dengan Konsultan Pendidikan.
4) Melakukan pembekalan kepada Panitia tentang mekanisme pendirian dan pelaksanaan TPA.
c. Pelaksanaan
1) Rapat pembentukan panitia pendirian TPA berikut susunan kepengurusan TPA.
2) Trainning pembinaan untuk panitia pendirian TPA oleh Konselor Pendidikan.
3) Minta ijin Ketua RT setempat dan manajemen perusahaan.
4) Membuat dan menyebarkan angket ke warga dalam rangka. mengetahui animo masyarakat dan persiapan penyusunan kurikulum.
5) Menyusun dan mengajukan Proposal perijinan ke aparat pemerintah dan perusahaan.
6) Persiapan tempat kegiatan TPA dan keperluan administratif (Logo TPA, Kop Surat, Stempel, Papan Nama, Spanduk, dan lain-lain).
7) Sosialisasi secara terbuka.
8) Menyusun dan menyebarkan formulir pendaftaran.
9) Penyusunan kurikulum kegiatan TPA beserta silabus.
10) Persiapan dan seleksi tenaga pendidik.
11) Persiapan modul dan buku penunjang.
12) Tentir pendidik oleh konselor.
13) Seleksi pendaftaran calon santri.
14) Pembukaan dan pelaksanaan kegiatan TPA.
5. Rancangan Pengontrolan dan Evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan TPA, perlu adanya pengontrolan, pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh pengurus, masyarakat, dan konselor sehingga diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
a. Pengontrolan.
1) Kegiatan.
a). Berjalannya kurikulum dan silabus sesuai dengan tujuan.
b). Berjalannya agenda kegiatan santri.
c). Pengotrolan terhadap kehadiran tenaga pendidik maupun santri.
d). FOS (Forum Orangtua Santri).
2) Administrasi.
a). Buku Besar kegiatan TPA.
b). Dokumentasi kegiatan TPA.
3) Keuangan.
a). Sistem pencatatan keuangan.
b). Pengontrolan dilakukan oleh Pengurus dan DKM, Masyarakat (sistem secara transparan)
b. Evaluasi
Evaluasi kegiatan TPA dilakukan secara bertahap dan berkala. Hasil kegiatan akan diukur dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga dapat digunakan sebagai titik tolak dalam pengembangan selanjutnya. Sedangkan evaluasi keuangan dilakukan oleh bendahara dan pengurus untuk kemudian dipertanggungjawabkan kepada pihak yang terkait.
6. Membuat Proposal Biaya.
TPA merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang berbasis Islami. Lama pendidikan TPA adalah 1 (satu) tahun atau 2 (dua) tahun sesuai dengan usia anak. Program kegiatan TPA yang digunakan berpedoman pada kurikulum yang berlaku atau sesuai dengan kebutuhan.
TPA menekankan pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi masyarakat. Prinsip pembelajaran TPA adalah bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Untuk dapat terlaksananya semua itu, dibutuhkan:
a. Sarana dan prasarana.
antara lain : tempat, ruang belajar, ruang penunjang, ruang kantor, perpustakaan, Gudang,tempat dan alat bermain, kursi dan meja belajar,almari, buku perpustakaan, komputer dan lain- lain.
b. Ketenagaan,
antara lain : ustad atau ustadzah, pengurus, dan lain- lain.
c. Administrasi dan Manajemen TPA.
d. Peran serta orang tua dan masyarakat.
Dalam mewujudkan kebutuhan tersebut, maka diperlukan biaya yang dapat menopang kegiatan di atas. Yang diharapkan bersumber dari:
a. Iuran tetap bulanan santri.
b. Sumbangan dari DKM.
c. Sumbangan dari perusahaan.
d. Sumbangan dari masyarakat.
7. Mengajukan proposal.
Proposal diajukan kepada pihak yang bersangkutan, baik untuk ijin ataupun untuk meminta bantuan atau donatur.
D. Kendala mengembangkan TPA dan solusi untuk mengatasinya.
1. Kurangnya minat pada masyarakat untuk mengikutsertakan anaknya belajar di TPA.
Tidak jarang orang tua yang enggan mengikutsertakan anaknya untuk mengikuti pendidikan di TPA karena para orang tua beranggapan kalau pendidikan di TPA hanya mengganggu sekolah atau belajar anak- anaknya saja.
Berkaitan dengan itu maka pengurus sebaiknya mensosialisasikan tentang pentingnya pendidikan berbasis agama ( TPA ) untuk menjadikan anak- anak mereka menjadi generasi penerus bangsa yang berilmu dan berakhlak mulia.
2. Masyarakat lebih mengutamakan pendidikan formal.
Dewasa ini yang merajai pendidikan adalah pendidikan formal, masyarakat cenderung tertarik untuk menyekolahkan anak- anaknya pada jalur formal saja dan menomorduakan jalur pendidikan non formal, padahal keduanya sama- sama penting.
Solusi untuk mengatasinya dengan cara mensosialisasikan pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan non formal ( TPA ) pada anak, dan memberikan peranan yang signifikan bagi masyarakat, sehingga dapat menarik masyarakat untuk mengikutinya.
3. Sebagian masyarakat lebih mementingkan bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi daripada agama.
Sekarang ini banyak lembaga pendidikan non formal yang berkembangan di masyarakat, contohnya : Bimbingan belajar, Tempat kursus komputer, bahasa Inggris dan lain- lain. Masyarakat lebih memilih pendidikan non formal semacam itu dibandingakan dengan pendidikan non formal berbasis keagamaan.
Solusinya adalah menyadarkan masyarakat bahwa ilmu pengetahuan dan tekhnologi tidak ada artinya tanpa diimbangi dengan akhlak yang mulia, kita sebagai makhluk beragama tidak akan lepas dari kebutuhan spiritual.
4. Masalah dana , kepengurusan , dan administrasi TPA.
Dalam suatu lembaga tentunya dibutuhkan kepengurusan yang solid, administrasi yang baik, dan dana yang cukup agar lembaga tersebut dapat berkembang dengan baik dan mencapai tujuan yang ingin diharapkan.Berkenaan dengan ini dalam kepengurusan TPA mengalami kendala berkaitan dengan masalah di atas. Misalnya : Kekurangan dana akibat dana yang diperoleh hanya dari sukarelawan tertentu, masalah kepengurusan yang kurang solid dikarenakan kurang kompetennya para pengurus, dan kurang tertibnya administrasi.
Berkenaan dengan masalah di atas sebaiknya pemerintah setempat memberikan pelatian, training atau pendidikan pada pengurus TPA berkenaan dengan masalah kepengurusan dan administrasi. Untuk mendpatkan dana yang diperlukan dapat dengan mengajukan proposal pada berbagai pihak yang ingin memberikan sumbangan atau donatur demi berkembangnya TPA.
5. Kurangnya tenaga pengajar yang kompeten di masyarakat.
Kebanyakan tenaga pengajar dalam TPA hanya berasal dari masyarakat yang sukarela mendedikasikan dirinya, walaupun belum diketahui kompetensi yang dimilikinya.
Untuk mengatasi masalah di atas banyak hal yang dapat dilakukan misalnya mendatangkan guru pengajar yang berkompeten dalam bidang keagamaan, memberikan pelatihan dan pendidikan pada para pengajar yang sudah ada agar mereka dapat mengoptimalkan kompetensinya.


Kak Idzma Mahayattika

(Direktur Kidz Smile Foundation)
Mengajar TPA. Diantara kita semua pasti ada yang sudah pernah berpengalaman mengajar TPA, kecuali yang belum pernah mengajar tentu saja..hehee. Pengalaman menjadi seorang pengajar, ada suka, ada duka, ada-ada saja pokoknya hal–hal yang menjadi momen berharga dan tak terlupakan ketika kita berkecimpung di sana.
Di materi ini, kak Idzma banyak berbagi cerita tentang pengalamannya mengajar anak-anak, dan memberikan tips and trick agar kita tidak “krik-krik” sewaktu mengajar. Terkadang ada orang yang kehabisan ide pas mau mengajar, atau terkesan monoton, sehingga anak-anak bosan, bahkan ada yang kabur dan menjadi tidak nurut.
Berbicara tentang ide, gimana sih biar ide kita bias tersampaikan dengan baik? Nah, menurut kak Idzma, ide akan tertanam kuat, bila:
1.   Disampaikan oleh figur otoritas
Figur otoritas di sini maksudnya adalah sosok yang punya pengaruh atau yang dihormati. Misalnya, ustad/ustadzah. Pastilah anak-anak akan lebih mendengarkan apa yang disampaikan oleh seorang ustad/ustadzah daripada kalau yang menyampaikan itu teman sebayanya.
2.   Mempunyai muatan emosi tinggi
Passion! Ada greget ketika kita menyampaikan sesuatu. Jangan datar-datar saja, karena yang datar biasanya membosankan. Apalagi yang kita hadapi adalah anak-anak. Mereka akan lebih merespon dan lebih “ngeh” dengan apa yang kita sampaikan, apabila kita menyampaikannya dengan penuh semangat dan memiliki muatan emosi tinggi.
3   Repetisi ide Repetisi atau pengulangan.
Sampaikan berulang-ulang, agar apa yang kita sampaikan benar-benar terserap dan tertanam kuat pada lawan bicara kita.
4.   Penguatan ide oleh sumber-sumber lain
ide yang sama tersebut disampaikan tidak hanya oleh satu orang, namun dikatakan oleh beberapa orang yang berbeda. misalnya guru di sekolah, orang tua dirumah, dan ustadz di TPA mengatakan hal yang sama, misalnya “kamu anak yang rajin” maka pengaruhnya kepada anak akan jauh lebih besar.
Setelah menanam ide, sekarang kita belajar bagaimana cara memberikan sugesti. Sugesti penting, supaya kita tidak sekedar memberikan ide-ide, tetapi juga memberikan pengeruh-pengaruh positif. Caranya sebagai berikut :
  1. Gunakanlah kalimat-kalimat positif
  2. Berikan reward
  3. Ulangi beberapa kali
  4. dihindari menggunakan kata “jangan”
Pada intinya, kegiatan mengajar TPA itu terdiri dari tiga rangkaian acara, yaitu pengkondisian, isi dan penutup.
1. Pengkondisian
Pengkondisian penting untuk keberlanjutan dan demi kelancaran proses belajar mengajar berikutnya. Kalau dari awal kita sudah berhasil mengkondisikan anak-anak, secara otomatis mereka akan lebih mudah untuk kita kendalikan.
Bagaimana caranya? Ada banyak cara pengkondisian, diantaranya yang sering dilakukan adalah dengan tepuk-tepuk, seperti tepuk anak soleh, dkk, yang sudah banyak dikreasikan. Bisa juga dengan memberikan komando, misal ketika kita berkata “santri”, maka mereka harus menjawab “iya ustad/ustadzah”. Banyak cara yang bisa temen-temen kreasikan dalam rangka pengkondisian, cukup dengan hal-hal yang simple dan mudah dipahami.
2. Isi
Usahakan dalam kita menyampaikan isi jangan membosankan. Kita bisa mengkreasikan dengan banyak cara, contohnya dengan dongeng. Dalam mendongeng pun harus dilakukan dengan semenarik mungkin, jangan monoton. Bisa menggunakan alat bantu, seperti buku cerita bergambar, music, atau boneka tangan, dengan efek suara yang khas. Kalau pun kita tidak bisa mengganti-ganti suara, bisa disiasati dengan menggunakan ‘suara besar’, ‘suara biasa’, dan ‘suara kecil’. Usahakan sekreatif mungkin dan lepas saja ketika kita menyampaikan. Jangan ada rasa malu.
Ada kalanya juga kita bisa mengajak anak-anak berpetualang, kegiatan outdoor supaya mereka tidak bosan.
3. Penutup
Pada sesi ini, berikanlah sugesti dengan hal-hal yang positif. Jangan hanya sekedar penutupan, salam, bubar.. Tapi ada sesuatu yang bisa kita sampaikan untuk membesarkan hati mereka, dengan mengambil hikmah dari materi yang sudah disampaikan sebelumnya.
Mengajar itu menyenangkan bukan? Posisikan diri kita seperti anak-anak,  dengan begitu kita akan lebih mudah dalam berinteraksi dan menyampaikan ide-ide yang kita miliki. “Keep it short and simple (KISS)” Selamat mengajar.
ditulis oleh Siti Nuruliah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan UGM
*Tulisan ini adalah materi kedua pembekalan untuk calon pengajar GKM. dilaksanakan pada hari ahad, 27 Maret 2011, 13.15-15.30 WIB di PPMi Rabingah Prawoto.

.: Presentasi LPPTKA BKPRMI

.: Presentasi LPPTKA BKPRMI

.: Memorandum of Understanding (MoU)

.: Memorandum of Understanding (MoU): Kesepakatan Bersana (MOU) antara H. Said Aldi Al Idrus, SE  ( Ketua Umum DPP BKPRMI) dengan Drs. H Umar Jaeni  ( Direktur Eksekutif...

.: SUSUNAN PENGURUS LPPTKA BKPRMI PUSAT PERIODE : 201...

.: SUSUNAN PENGURUS LPPTKA BKPRMI PUSAT PERIODE : 201...: SUSUNAN PENGURUS LPPTKA BKPRMI PUSAT PERIODE : 2014 – 2018  DEWAN PEMBINA  Ir.H.Azwar Anas H.Idrus Marham Ir.H.Ja’far Al-Katiri Drs...

.: Kilas Sejarah FASI (Festival Anak Shaleh Indonesia...

.: Kilas Sejarah FASI (Festival Anak Shaleh Indonesia...: Kilas Sejarah FASI ( Festival Anak Shaleh Indonesia )  Festival Anak Saleh Indonesia ( FASI ) merupakan pagelaran lomba kreatifitas san...

.: Program

.: Program: AKTIVITAS LEMBAGA Mengadakan penelitian dan pengembangan konsep-konsep kependidikan yang qur’ani Menyelenggarakan kegiatan ...

Jumat, 26 Desember 2014

KIPRAH REMAJA MASJID

KIPRAH REMAJA MASJID DALAM MEWUJUDKAAN
MASYARAKAT MARHAMAH
OLEH: H. MUH. LUTFI THARODLI, S.Sos.I.M.Pd.I.
(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama NTB)

            Remaja masjid adalah makhluk yang sangat menarik untuk dikaji dan dicermati dari segala sisi, lebih-lebih membahas mengenai kiprah remaja masjid dalam mewujudkan masyarakat marhamah. Remaja masjid sangat dinanti dan dirindui kehadirannya. Mengapa mereka dirindui dan dinantikan?? Karena mereka adalah makhluk langka yang sangat sulit ditemui keberadaannya di masjid. Lebel remaja masjid yang mereka sandang tidak memberi arti apa-apa tatkala mayoritas remaja masjid telah menjauhi aktivitas masjid. Remaja masjid yang  telah beralih status menjadi remaja PHBI karena mayoritas mereka tampak beraktivitas di masjid hanya pada saat peringatan hari besar Islam. Pada aktifitas rutin seperti salat lima waktu atau kegiatan berupa ta’lim yang tampak di masjid adalah kebanyakan ABG alias angkatan babe gue.
            Ke mana mereka yang dikatakan remaja masjid? Apakah mereka disembunyikan gemerlapnya dunia? Dibuai televisi, sibuk dengan bisnis online di FB atau entah apa lagi yang menyebabkan mereka tidak pede bersahabat dengan masjid. Masjid sangat merindukan mereka, masjid butuh sentuhan pemikiran mereka, masjid sangat mengharapkan mereka manjadi anak-anak masjid yang selalu merindukan masjid sebagai induk aktivitas mereka. Maka kampanye untuk mengembalikan remaja sebagai anak-anak masjid harus selalu didengungkan oleh mereka yang peduli akan keberlangsungan peranan remaja masjid.
            Remaja masjid adalah komunitas yang sangat strategis dan memiliki peranan signifikan di dalam mewarnai indahnya suasana masjid. Keindahan dan megahnya sebuah masjid akan hampa jika para remajanya menjauhi masjid. Ruh masjid akan sirna jika remaja masjid tidak peduli dengan masjid. Bukankah para remaja dan pemuda tangguh banyak terlahir dari didikan masjid?
            Apabila para remaja jauh dari masjid, maka berdampak pada rusaknya moralitas masyarakat. Jika para remaja memiliki moral rusak maka dengan sendirinya masyarakat akan terkena imbasnya. Rusaknya moral remaja akan menjadi penyakit menular yang sangat berbahaya bagi kelangsungan generasi. Penyakit moral masyarakat akan mewabah, tiada keberkahan dan fitnah merajalela. Hal tersebut akan terjadi jika para remaja telah merasa tidak mencintai masjid, jauh dari masjid bahkan bermusuhan dengan masjid.
            Memang diakui bahwa pembangunan masjid sangat semarak tetapi pembangunan yang tidak disertai dengan pembinaan remaja hanya akan menyebabkan masjid kosong dari jamaah. Masjid akan menjadi sebuah pajangan yang tidak menarik untuk didatangi karena para remaja yang memiliki kreatifitas untuk memakmurkan masjid malah menjauh dari masjid.
            Hiasan masjid adalah salat berjamaah, hidupnya ta’lim, semaraknya TPQ dan aktifnya kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid. Maka masjid akan jauh dari hiasannya jika mayoritas para remaja tidak peduli dengan masjid. Kunci makmurnya masjid hakikatnya ada pada remaja  yang mau berfastabiqul khairat mengangkat kemuliaan masjid.            
            Kiprah remaja masjid sangat diharapkan untuk memakmurkan masjid. Ide kreatif mereka akan memberikan angin segar untuk kebangkitan mujahadah umat. Semaraknya ta’lim, suburnya TPQ, dan makmurnya aktifitas keagamaan di masjid biasanya berawal dari para remaja yang memiliki ikatan yang kuat dengan masjid. Dari masjid diharapkan muncul para remaja yang memiliki ide dan semangat mujahid sehingga bisa merubah karakter tradisi masyarakat yang negatif.
            Dari hasil pengamatan penulis bahwa tidak makmurnya masjid dan rusaknya moral masyarakat pada sebuah kampung diakibatkan karena kebanyakan remajanya menjauhi masjid. Para remajanya sibuk dengan aktivitas pribadi, sibuk dengan status jomblo atau tidak jomblo sehingga tidak pernah terpikir di benaknya untuk menjadi agen perubahan yang baik bagi masyarakat dengan memakmurkan masjid.
            Para remaja yang telah terikat dengan rutinitas masjid maka akan menjadi remaja yang berperan aktif memberikan yang terbaik untuk umat. Para remaja yang mendapat didikan masjid, mereka akan memiliki jiwa pemersatu (muwahid), pejuang (mujahid), tegas (musyaddid), berakhlaq mulia (mu’addib) dan pemelihara iman (mujaddid).
            Remaja masjid yang selama ini mati suri harus dibangunkan untuk kembali berkiprah memakmurkan masjid. Mereka membutuhkan suntikan injeksi pembangkit kesadaran bahwa mereka terlahir untuk memakmurkan masjid. Maka peranan pemerintah, tokoh masyarakat, dan organisasi yang terfokus menangani remaja masjid semisal BKPRMI mesti menyingsingkan lengan baju membangkitkan mujahadah remaja masjid untuk mau kembali ke masjid.
            Apabila remaja masjid telah tersadarkan dari tidur panjang mereka dan mau kembali ke masjid maka dengan sendirinya masjid akan menjadi makmur. Jika masjid makmur maka masyarakat marhamah sebagai tujuan pasti akan bisa terwujud. Wallahu A’lam bissawab.
           
           
           



Rabu, 24 Desember 2014

AKTIVITAS LPPTKA BKPRMI NTB: kegiatanku

AKTIVITAS LPPTKA BKPRMI NTB: kegiatanku: TRADISI NYONGKOLAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : H. Muh. Lutfi Tharodli, S.Sos.I . M.Pd.I. (Direktur LPPSDM BKPRMI Kota Mataram ...

Jumat, 19 Desember 2014

An-Nahdly: CONTOH SK DPD BKPRMI

An-Nahdly: CONTOH SK DPD BKPRMI: SaifZuhri           DEWAN PENGURUS DAERAH        BADAN KOMUNIKASI PEMUDA REMAJA INDONESIA                 KABUPATEN LOM...

Rabu, 17 Desember 2014

TK-TP-TQ AL-QUR`AN: ARTI LOGO LPPTKA

TK-TP-TQ AL-QUR`AN: ARTI LOGO LPPTKA: 1. Logo Lembaga adalah berupa gambar sketsa sebuah pintu masuk persegi empat yang sudut atasnya elastis, dan dilengkapai huru...

MANAJEMEN TKA DAN TPA


AGAR BELAJAR-MENGAJAR OPTIMAL
  1. Berikan senyuman khas
  2. Lahirkan antusiasme (buat yel-yel/ game)
  3. Ciptakan konsentrasi
  4. Hadirkan suasana menyenangkan (BCM)
  5. Kenali latar belakang siswa (keluarga, gol. darah, IQ, dll.)
  6.  Libatkan vak (visual, auditorial, kinestetik)


UNSUR-UNSUR MANAJEMEN
  1.  Man (orang/ pelaksana)
  2. Money (keuangan)
  3.  Machines (perlengkapan/ peralatan kerja)
  4. Method (cara mengajarkan)
  5. Material (sarana/ pra sarana)
  6. Market (media pemasaran/ sosialisasi)
FUNGSI MANAGEMENT
  1. Planning (perencanaan) ; Apa tujuan & sasarannya, bagaimana KBM.nya, fasilitas, tata tertib, berapa lama waktunya
  2. Organizing (pengorganisasian); Siapa pelaksananya, struktur, tugas, wewenang dan tanggung jawabnya
  3. Actuating (penggerakan); Motivasi/ dorongan (bekerja & beramal)
  4. Controling (pengawasan/ supervisi); Arahan, bimbingan dan pembinaan

MANAJEMEN TKA-TPA
q  HOW TO MANAG  : Mengatur, mengurus, mengelola.
q  MANAGEMENT     : Kemampuan/ ketrampilan mendayagunakan orang/ sarana dalam organisasi
untuk memperoleh hasil sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

TARGET KEBERHASILAN KEGIATAN TKA-TPA
1.   TARGET POKOK
TKA (usia 4-7 th)
TPA (usia 7-12 th)
q  Santri mampu dan gemar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
q  Hafal bacaan sholat dan mengamalkannya
q  Hafal 10 doa sehari2 dan mengamalkannya
q  Hafal 13 surat pendek
q  Memiliki dasar Aqidah dan akhlaqul karimah
q  Santri mampu dan gemar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
q  Hafal bacaan sholat dan mengamalkannya
q  Hafal 10 doa sehari2 dan mengamalkannya
q  Hafal 13 surat pendek
q  Memiliki dasar Aqidah dan akhlaqul karimah
2.   TARGET PENUNJANG
TKA (usia 4-7 th)
TPA (usia 7-12 th)
q  Santri mampu mampu menulis huruf Al-Qur’an
q  Hafal 2 kelompok Ayat pilihan
q  Mengenal bahasa Arab tingkat dasar
q  Mengenal BCMI
q  Santri mampu mampu menulis huruf Al-Qur’an
q  Hafal 2 kelompok Ayat pilihan
q  Mengenal bahasa Arab tingkat dasar
q  Mengenal BCMI

MASA DAN WAKTU PENDIDIKAN
  • Waktu belajar sore/ pagi (kondisional)
  • Belajar 5 hari dalam seminggu
  • 1 tahun dibagi 2 semester
  • Wisuda
DANA DAN BIAYA
  • Dari uang pangkal
  • Dari uang infaq bulanan
  • Dari donatur (Memiliki dewan penyantun sebagai penyokong dana)
SARANA DAN FASILITAS
  • Meubeler
  • Buku-buku
  •  Blanko dan kartu-kartu
  • Media Pembelajaran/ Alat peraga
CONTOH TATIB USTADZ/AH
  • Pakaian seragam/ berbusana muslim/ muslimah
  • Datang 10 menit sebelum jam belajar dimulai
  • Melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan penuh kesadaran, keikhlasan dan tanggung jawab
  • Pada saat mengajar guru harus mengisi kartu prestasi santri
  • Setelah jam pelajaran berakhir guru bersama kepala sekolah melakukan:

a.       Evaluasi PBM
b.      Menyusun program kerja harian
c.       Tadarus bersama
d.      Setiap akhir minggu membuat program kerja mingguan
Setiap akhir bulan kepala sekolah dan guru melaksanakan:
a.       Evaluasi PBM selama satu bulan
b.      Menyusun program kerja untuk bulan berikutnya

CONTOH TATIB SANTRI
Telah atau sedang belajar di TK pagi
Pakaian seragam sesuai dengan ketetapan pusat
Datang 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai
Tidak boleh diantar orang tua/ wali santri sampai di dalam kelas
Selama jam sekolah berlangsung, santri harus berada dalam lingkungan sekolah, kecuali atas izin
Membawa perlengkapan untuk belajar

CONTOH PERENCANAAN KELAS
Membuat rencana kegiatan sekolah selama satu tahun, minimal satu semester
Menyusun program bulanan, mingguan dan harian
Penjelasan tata tertib, fasilitas pendidikan serta perlengkapan santri
Pertemuan dengan wali santri untuk menjelaskan hal ikhwal TK Al Qur'an
Membentuk POS dan menyusun program kerja

CONTOH KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Membuat persiapan mengajar bulanan, mingguan dan harian
Menggunakan metode yang tepat sesuai GBPP
Mendorong agar santri mencapai prestasi optimal
Mengevaluasi hasil belajar, santri baru boleh naik jilid berikutnya setelah lulus test kepsek
Santri dianggap tamat TKA/ TPA jika telah menguasai seluruh program lewat ujian Munaqosyah

CONTOH PENGELOLAAN PENGAJARAN (pembagian alokasi waktu belajar)
WAKTU
KEGIATAN
METODE
15’
Doa pembuka, ikrar santri, Hafalan, dll.
Klasikal
30’
Mengaji (Jilid/Al Qur’an)
Klasikal/Privat
15’
Hafalan, sholat dan BCM
klasikal


MUNAQOSYAH DAN WISUDA
Wisuda adalah upacara kelulusan bagi santri yang belajar di TK/ TP Al Quran
Santri yang telah mencapai target kurikulum bisa mengikuti ujian/  munaqosyah. Pengujinya adalah tim munaqosyah dari LPPTKA BKPRMI
Keputusan lulus diumumkan secara terbuka lewat yudisium, dan kepadanya diberi hak mengikuti Wisuda guna memperoleh ijazah
Bagi yang lulus munaqosyah boleh mengikuti wisuda
Pengalungan samir bagi para wisudawan yang dilakukan oleh direktur Nasional atau direktur wilayah LPPTKA BKPRMI



PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS

APA YANG PERLU DIFAHAMI
  1. Konsep dasar belajar
  2. Bagaimana kita belajar
  3. Filosofi anak
  4. Tugas-tugas perkembangan anak
  5. Cara anak belajar
  6. Paradigma pembelajaran

KIAT MUDAH MENGAJAR MEMBACA AL-QUR’AN
Ciptakan “Kondisi” yang Benar
a.       Bersihkan hati dengan menata niat
b.      Menata lingkungan
c.       Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid
d.      Tentukan hasil dan sasaran
e.       Visualisasikan tujuan anda

Presentasi yang Optimal
a.       Dapatkan gambar menyeluruh dulu
b.      Gunakan konser musik (aplikasi lagu Rost)
c.       Gunakan semua gaya belajar, semua ragam kecerdasan dan semua panca indra. (Aplikasi BCM)
d.      Gunakan seluruh dunia sebagai ruang kelas. (belajar tidak harus dikelas)
e.       Ekspresikan. (guru memberikan contoh dengan semangat dan penuh ekspresi)
f.       Praktekkan (ubah murid menjadi guru)

Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
a.       Meninjau ulang hasil belajar (HB) anak setiap dua pekan
b.      Mengevaluasi hasil belajar (HB) pada tengah dan akhir pembelajaran
c.       Memberikan motivasi dengan merayakan keberhasilan kenaikan jilid

Periode @ 2014 - 2018 | LPPTKA BKPRMI NTB.

Design by: Team IT | No HP: 081917228418 |